Jumat, 02 Mei 2014
Burung Manyar Sebagai Masteran Burung Kenari
Kenapa manyar adalah salah satu burung yg baik sebagai masteran kenari? karena menurut sy nyanyian burung manyar termasuk nyanyian yg tidak “berat” untuk bisa ditirukan oleh burung-burung pengicau, tentunya termasuk kenari, sederhana namun kicauannya sangat enak didengar kalau boleh tidak dibilang aktraktif, berulang-ulang dan ramai.
Burung Manyar adalah burung pemakan biji-bijian (granivior), menyukai habitat yang terbuka seperti padang rumput, tepi hutan, rawa dan persawahan. Musim berbiak dimulai bulan April hingga Oktober. jantan dapat mengawini lebih dari satu betina (poligami). Keberhasilan jantan dalam mengawini betina sangat bergantung pada “kesempurnaan” sarang yang dia bangun. para betina yang tertarik pada jantan tertentu akan menyelidiki sarang sang jantan dengan cermat, dan bila sang betina berkenan, maka perkawinan dapat terjadi.
Di indonesia, yang dikenal sebagai manyar masuk dalam marga ploceus. Arti luas adalah semua anggota suku ploceidai. Ada empat jenis manyar di Asia Tenggara dan tiga di antaranya dapat dijumpai di Indonesia, yaitu Tempua (Ploceus philippinus), Manyar Jambul (Ploceus manyar), dan manyar jambul (Ploceus hypoxanthus).
Sarang manyar berbentuk sangat unik, merupakan salah satu yang paling rumit; dalam bahasa inggris “weaver bird” berarti burung penganyam. beberapa jenis sarang bahkan dilengkapi dengan “pintu tipuan” untuk mengelabui pemangsa. Pintu tersebut tampak jelas menganga, sementara pintu yang sebenarnya tersembunyi. pemangsa yang mencoba masuk pintu tipuan akan menemui jalan buntu, tidak terhubung ke rongga dimana telur atau anak burung berada.
Fungsi Lampu Untuk Burung Kenari
Sebelumnya memang harus dibedakan terlebih dahulu dari segi
fungsinya, itupun juga masih dalam wawasan pengalaman, dimana pengalaman
masing masing pemilik tentu saja berbeda. Dalam hal ini saya memberikan
penggunaan lampu berdasarkan fungsinya:
BURUNG NORMAL:
Dikatakan normal berarti tidak bermasalah dan tentunya hanya diperlukan perawatan sehari hari seperti biasa, peneranganpun juga biasa, artinya gelap dan terang mungkin hanya berpengaruh pada burung untuk beraktifitas misalnya, biasanya gelap jika diberi penerangan akan berkicau ataupun makan. Yang perlu diperhatikan keadaan yang tidak seperti biasanya ini mungkinkan akan berakibat buruk terhadap burung itu sendiri contoh : jika biasanya gelap, mungkin setelah diberi penerangan akan mandi di malam hari, nah ini salah satu efek yang harus diperhatikan, ataupun membuat burung bernyanyi terlalu lama hingga kondisinya bisa drop di pagi harinya.
BURUNG TERNAKAN:
Persentase kepentingan pemberian lampu adalah 70% karenanya lampu seharusnya dipersiapkan, meskipun pada saat mengeram tidak diperlukan penerangan tambahan bahkan burung yang sedang mengeram adakalanya malah bermasalah jika diberi lampu, sebaiknya proses pemberian lampu disiapkan terlebih dahulu pada saat proses penjodohannya, hal ini diarahkan pada tujuan beternak yang mana pada saatnya nanti setelah telur menetas akan diperlukan lampu dengan tujuan antara lain membuat induk dapat meloloh di malam hari, mengurangi resiko anakan terinjak dan menambah hangatnya suhu kandang jika induk keluar mengambil makanan
BURUNG SAKIT:
Burung yang sedang mengalami proses penyembuhan memerlukan suhu yang hangat karenanya lampu sangat dianjurkan, tetapi yang harus dicermati justru kebutuhan akan lampu itu sendiri harus disesuaikan, jika fungsinya untuk penghangat mungkin lampu agak besar tetapi perlu ditutup agar suasana kandang tidak begitu terang tetapi suhu hangatnya cukup
BURUNG ANAKAN:
Lampu diperlukan untuk difungsikan sebagai penghangat sekaligus penerangan, sehingga lebih baik dibuat seimbang antara terang dan panas lampu.
BURUNG NORMAL:
Dikatakan normal berarti tidak bermasalah dan tentunya hanya diperlukan perawatan sehari hari seperti biasa, peneranganpun juga biasa, artinya gelap dan terang mungkin hanya berpengaruh pada burung untuk beraktifitas misalnya, biasanya gelap jika diberi penerangan akan berkicau ataupun makan. Yang perlu diperhatikan keadaan yang tidak seperti biasanya ini mungkinkan akan berakibat buruk terhadap burung itu sendiri contoh : jika biasanya gelap, mungkin setelah diberi penerangan akan mandi di malam hari, nah ini salah satu efek yang harus diperhatikan, ataupun membuat burung bernyanyi terlalu lama hingga kondisinya bisa drop di pagi harinya.
BURUNG TERNAKAN:
Persentase kepentingan pemberian lampu adalah 70% karenanya lampu seharusnya dipersiapkan, meskipun pada saat mengeram tidak diperlukan penerangan tambahan bahkan burung yang sedang mengeram adakalanya malah bermasalah jika diberi lampu, sebaiknya proses pemberian lampu disiapkan terlebih dahulu pada saat proses penjodohannya, hal ini diarahkan pada tujuan beternak yang mana pada saatnya nanti setelah telur menetas akan diperlukan lampu dengan tujuan antara lain membuat induk dapat meloloh di malam hari, mengurangi resiko anakan terinjak dan menambah hangatnya suhu kandang jika induk keluar mengambil makanan
BURUNG SAKIT:
Burung yang sedang mengalami proses penyembuhan memerlukan suhu yang hangat karenanya lampu sangat dianjurkan, tetapi yang harus dicermati justru kebutuhan akan lampu itu sendiri harus disesuaikan, jika fungsinya untuk penghangat mungkin lampu agak besar tetapi perlu ditutup agar suasana kandang tidak begitu terang tetapi suhu hangatnya cukup
BURUNG ANAKAN:
Lampu diperlukan untuk difungsikan sebagai penghangat sekaligus penerangan, sehingga lebih baik dibuat seimbang antara terang dan panas lampu.
Sekilas Tentang Burung Ciblek Sebagai Master Untuk Burung Kenari
Perenjak jawa atau yang juga dikenal dengan nama ciblek adalah
sejenis burung pengicau dari suku Cisticolidae (pada banyak buku masih
dimasukkan ke dalam suku Sylviidae). Dalam bahasa Inggris burung ini
dikenal sebagai bar-winged Prinia, merujuk pada dua garis putih pada
setiap sayapnya. Nama ilmiahnya adalah Prinia familiaris Horsfield,
1821.
Burung kecil ramping, dengan panjang total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 13 cm. Hampir seluruh sisi atas badan berwarna coklat hijau-zaitun. Tenggorokan dan dada putih, perut dan pantat kekuningan. Sisi dada dan paha keabu-abuan. Ciri khasnya sayap dengan dua garis putih, serta ekor panjang dengan ujung berwarna hitam dan putih.Paruh panjang runcing, sebelah atas berwarna kehitaman dan sebelah bawah kekuningan. Kaki langsing dan rapuh berwarna coklat kemerahan atau merah jambu.
Burung yang ramai dan lincah, yang sering ditemui di tempat terbuka atau daerah bersemak di taman, pekarangan, tepi sawah,hutan sekunder, hingga ke hutan bakau. Juga kerap teramati di perkebunan teh. Dua atau tiga ekor, atau lebih, kerap terlihat berkejaran sementara mencari makanan di antara semak-semak, sambil berbunyi-bunyi keras cwuit-cwuit-cwuit.. ciblek…ciblek…ciblek…ciblek…! Ekor yang tipis digerakkan ke atas saat berkicau.
Mencari mangsanya yang berupa aneka serangga dan ulat, perenjak jawa berburu mulai dari permukaan tanah hingga tajuk pepohonan. Burung ini membuat sarangnya di rerumputan atau semak-semak hingga ketinggian sekitar 1,5 m di atas tanah. Sarang berbentuk bola kecil dianyam dari rerumputan dan serat tumbuhan.
Perenjak jawa adalah burung endemic (menyebar terbatas) diwilayah diwilayah sumatra, jawa dan bali, disumatra tidak jarang sampai ketinggian 900 m dpl, sedangkan dijawa dan bali umum sampai ketinggian 1500 m dpl.
Sebelum tahun 1990-an, burung ini boleh dibilang tidak memiliki nilai ekonomi, sehingga banyak dibiarkan bebas dan meliar seperti halnya burung gereja dan burung pipit. Sifatnya yang mudah beradaptasi dan tidak takut pada manusia menyebabkan populasi burung ini cukup tinggi pada wilayah-wilayah yang sesuai. Setelah tahun-tahun itu, burung ini mulai banyak diburu orang untuk diperdagangkan terutama di Jawa. Apalagi burung ini mudah dijumpai di wilayah perkebunan dan memiliki keistimewaan mudah jinak. Sifat jinaknya membuat ia mudah ditangkap dengan cara dipikat yaitu memakai bantuan cermin di dalam sangkar. Burung yang tertarik dengan bayangannya sendiri akan terjebak di dalam sangkar.
Cara lain adalah dengan memasang jerat atau rajut di sekitar sarangnya, atau dengan perangkap getah (pulut) pada tempat-tempat tidurnya di waktu malam. Para penangkap burung yang terampil, bahkan, kerap hanya bermodalkan senter, kehati-hatian dan kecepatan tangan menangkap burung yang tidur di malam hari.
Sayang sekali burung ini mudah stres dan mati dalam pemeliharaan, terutama apabila yang ditangkap adalah burung dewasa. Belum lagi jika pemeliharanya tidak berpengalaman. Namun ini agaknya tidak menyurutkan minat para penangkap burung untuk terus memburunya. Sampai sekarang, burung ini belum berhasil dibiakkan dalam tangkaran. Para penggemar burung masih bergantung pada tangkapan dari alam.
Eksploitasi yang berlebihan ini segera terlihat akibatnya. Di wilayah-wilayah tertentu kini seolah ‘kehabisan stok’ padahal sebelum tahun 90-an burung ini masih melimpah. Perenjak jawa semakin jarang terlihat di taman-taman, dan hadir terbatas di tempat-tempat tertentu yang masih dekat hutan.
Dalam pemeliharaan biasanya burung ini sering diberi makanan berupa kroto (tempayak dan anak semut rangrang), ulat hongkong, serta pelet (voer).
Jantan dibedakan dari betina dengan ukuran tubuhnya yang lebih besar dan aktif berkicau. Ekor lebih panjang dan warna sayap yang lebih gelap.
Ciblek (Prinia familiaris)
Burung ciblek di pasaran saat ini ada dua jenis yaitu Prinia familiaris familiaris dan Prinia familiaris olivaces. Kalau masih muda akan sangat sulit membedakan keduanya, tetapi ketika sudah dewasa akan mudah sekali membedakannya apalagi ketika berkicau.
Pada jenis Prinia familiaris familiaris warna bulu lebih gelap, garis putih di sayap lebih lebar, badan lebih lebar, dan dada tampak bidang, jantannya bersuara keras, tajam dan tebal membentuk vokal ciikrak…ciikrak.. yang dikombinasi suara cicitan, penyebarannya di daerah Jawa Timur, Bali dan Jawa Barat.
Pada Prinia familiaris olivaces warna bulu tampak lebih terang atau lebih muda, garis putih di sayap lebih pendek dan agak kecil, tubuh tampak ramping, serta dada tidak terlalu bidang, bulu dada jantannya hitam yang tampak tipis atau samar, kicauannya lebih menonjolkan jeritan panjang satu nada dan tidak membentuk vokal seperti ciikrak..ciikrak..cet..cet.. oleh karena vokal suaranya tidak terbentuk maka suara kicauannya terdengar tipis dan kurang keras. Penyebarannya di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatera.
Penyebaran:
Ciblek lebih banyak dijumpai di Jawa, Bali dan Sumatera.
Habitat:
Daerah sawah, kebun, ladang, pinggiran hutan dan di sekitar rumah penduduk, dari dataran rendah hingga pada ketinggian 1000 m dpl sangat mungkin dijumpai burung ciblek. Musim berkembangbiaknya tidak pasti, akan tetapi pada umumnya mereka berkembangbiak pada saat menjelang musim hujan dengan jumlah telur yang dihasilkan antara 2 sampai dengan 3 butir. Makanan alami yang paling disukai ciblek adalah serangga, seperti ulat daun, rayap, telur kupu-kupu, telur semut dan jenis serangga lainnya.
Membedakan Ciblek Jantan dengan Ciblek Betina
Ciri-ciri ciblek jantan antara lain:
Badan lebih besar dan ekornya lebih panjang dari yang betina, bulu dada atas dan samping kanan kiri berwarna hitam, bulu dada ke bagian perut kuning keputih-putihan, atap kepala hingga ke sayap abu-abu gelap, untuk ciblek dewasa paruh bawah berwarna hitam,bunyi suara ciikrak…ciikrak..!! Sedangkan untuk ciri-ciri ciblek betina adalah: badan lebih kecil serta ekor lebih pendek dari yang jantan, bulu dada kuning keputihan, bulu atap kepala hingga ke sayap abu-abu pucat, untuk burung dewasa paruh bawah berwarna putih, mempunyai alis berwarna putih di atas mata, serta bunyi suara cineniin…cineniin…
semoga bermanfaat :D
Burung kecil ramping, dengan panjang total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 13 cm. Hampir seluruh sisi atas badan berwarna coklat hijau-zaitun. Tenggorokan dan dada putih, perut dan pantat kekuningan. Sisi dada dan paha keabu-abuan. Ciri khasnya sayap dengan dua garis putih, serta ekor panjang dengan ujung berwarna hitam dan putih.Paruh panjang runcing, sebelah atas berwarna kehitaman dan sebelah bawah kekuningan. Kaki langsing dan rapuh berwarna coklat kemerahan atau merah jambu.
Burung yang ramai dan lincah, yang sering ditemui di tempat terbuka atau daerah bersemak di taman, pekarangan, tepi sawah,hutan sekunder, hingga ke hutan bakau. Juga kerap teramati di perkebunan teh. Dua atau tiga ekor, atau lebih, kerap terlihat berkejaran sementara mencari makanan di antara semak-semak, sambil berbunyi-bunyi keras cwuit-cwuit-cwuit.. ciblek…ciblek…ciblek…ciblek…! Ekor yang tipis digerakkan ke atas saat berkicau.
Mencari mangsanya yang berupa aneka serangga dan ulat, perenjak jawa berburu mulai dari permukaan tanah hingga tajuk pepohonan. Burung ini membuat sarangnya di rerumputan atau semak-semak hingga ketinggian sekitar 1,5 m di atas tanah. Sarang berbentuk bola kecil dianyam dari rerumputan dan serat tumbuhan.
Perenjak jawa adalah burung endemic (menyebar terbatas) diwilayah diwilayah sumatra, jawa dan bali, disumatra tidak jarang sampai ketinggian 900 m dpl, sedangkan dijawa dan bali umum sampai ketinggian 1500 m dpl.
Sebelum tahun 1990-an, burung ini boleh dibilang tidak memiliki nilai ekonomi, sehingga banyak dibiarkan bebas dan meliar seperti halnya burung gereja dan burung pipit. Sifatnya yang mudah beradaptasi dan tidak takut pada manusia menyebabkan populasi burung ini cukup tinggi pada wilayah-wilayah yang sesuai. Setelah tahun-tahun itu, burung ini mulai banyak diburu orang untuk diperdagangkan terutama di Jawa. Apalagi burung ini mudah dijumpai di wilayah perkebunan dan memiliki keistimewaan mudah jinak. Sifat jinaknya membuat ia mudah ditangkap dengan cara dipikat yaitu memakai bantuan cermin di dalam sangkar. Burung yang tertarik dengan bayangannya sendiri akan terjebak di dalam sangkar.
Cara lain adalah dengan memasang jerat atau rajut di sekitar sarangnya, atau dengan perangkap getah (pulut) pada tempat-tempat tidurnya di waktu malam. Para penangkap burung yang terampil, bahkan, kerap hanya bermodalkan senter, kehati-hatian dan kecepatan tangan menangkap burung yang tidur di malam hari.
Sayang sekali burung ini mudah stres dan mati dalam pemeliharaan, terutama apabila yang ditangkap adalah burung dewasa. Belum lagi jika pemeliharanya tidak berpengalaman. Namun ini agaknya tidak menyurutkan minat para penangkap burung untuk terus memburunya. Sampai sekarang, burung ini belum berhasil dibiakkan dalam tangkaran. Para penggemar burung masih bergantung pada tangkapan dari alam.
Eksploitasi yang berlebihan ini segera terlihat akibatnya. Di wilayah-wilayah tertentu kini seolah ‘kehabisan stok’ padahal sebelum tahun 90-an burung ini masih melimpah. Perenjak jawa semakin jarang terlihat di taman-taman, dan hadir terbatas di tempat-tempat tertentu yang masih dekat hutan.
Dalam pemeliharaan biasanya burung ini sering diberi makanan berupa kroto (tempayak dan anak semut rangrang), ulat hongkong, serta pelet (voer).
Jantan dibedakan dari betina dengan ukuran tubuhnya yang lebih besar dan aktif berkicau. Ekor lebih panjang dan warna sayap yang lebih gelap.
Ciblek (Prinia familiaris)
Burung ciblek di pasaran saat ini ada dua jenis yaitu Prinia familiaris familiaris dan Prinia familiaris olivaces. Kalau masih muda akan sangat sulit membedakan keduanya, tetapi ketika sudah dewasa akan mudah sekali membedakannya apalagi ketika berkicau.
Pada jenis Prinia familiaris familiaris warna bulu lebih gelap, garis putih di sayap lebih lebar, badan lebih lebar, dan dada tampak bidang, jantannya bersuara keras, tajam dan tebal membentuk vokal ciikrak…ciikrak.. yang dikombinasi suara cicitan, penyebarannya di daerah Jawa Timur, Bali dan Jawa Barat.
Pada Prinia familiaris olivaces warna bulu tampak lebih terang atau lebih muda, garis putih di sayap lebih pendek dan agak kecil, tubuh tampak ramping, serta dada tidak terlalu bidang, bulu dada jantannya hitam yang tampak tipis atau samar, kicauannya lebih menonjolkan jeritan panjang satu nada dan tidak membentuk vokal seperti ciikrak..ciikrak..cet..cet.. oleh karena vokal suaranya tidak terbentuk maka suara kicauannya terdengar tipis dan kurang keras. Penyebarannya di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatera.
Penyebaran:
Ciblek lebih banyak dijumpai di Jawa, Bali dan Sumatera.
Habitat:
Daerah sawah, kebun, ladang, pinggiran hutan dan di sekitar rumah penduduk, dari dataran rendah hingga pada ketinggian 1000 m dpl sangat mungkin dijumpai burung ciblek. Musim berkembangbiaknya tidak pasti, akan tetapi pada umumnya mereka berkembangbiak pada saat menjelang musim hujan dengan jumlah telur yang dihasilkan antara 2 sampai dengan 3 butir. Makanan alami yang paling disukai ciblek adalah serangga, seperti ulat daun, rayap, telur kupu-kupu, telur semut dan jenis serangga lainnya.
Membedakan Ciblek Jantan dengan Ciblek Betina
Ciri-ciri ciblek jantan antara lain:
Badan lebih besar dan ekornya lebih panjang dari yang betina, bulu dada atas dan samping kanan kiri berwarna hitam, bulu dada ke bagian perut kuning keputih-putihan, atap kepala hingga ke sayap abu-abu gelap, untuk ciblek dewasa paruh bawah berwarna hitam,bunyi suara ciikrak…ciikrak..!! Sedangkan untuk ciri-ciri ciblek betina adalah: badan lebih kecil serta ekor lebih pendek dari yang jantan, bulu dada kuning keputihan, bulu atap kepala hingga ke sayap abu-abu pucat, untuk burung dewasa paruh bawah berwarna putih, mempunyai alis berwarna putih di atas mata, serta bunyi suara cineniin…cineniin…
semoga bermanfaat :D
Langganan:
Postingan (Atom)
Burung Manyar Sebagai Masteran Burung Kenari
Kenapa manyar adalah salah satu burung yg baik sebagai masteran kenari? karena menurut sy nyanyian burung manyar termasuk nyanyian yg tid...
-
Selamat malam sahabat ternak, anda sekalian pasti merasakan bahwa bisnis dan ternak kenari mulai boming beberapa tahun belakangan kan? Kal...
-
Bagi saya pribadi memelihara burung kenari tidak mengikuti tren, factor utama saya dalam menentukan memelihara burung kenari adalah saya s...
-
Perenjak jawa atau yang juga dikenal dengan nama ciblek adalah sejenis burung pengicau dari suku Cisticolidae (pada banyak buku masih dima...